Peti-peti mati itu bentuknya biasa, akan tetapi di bagian kepalanya terukir muka binatang yang menyeramkan, seperti muka iblis.
Hampir Lin Lin pingsan. Celaka baginya karena diantara segala benda dan mahluk di dunia ini, hanya tikuslah yang paling ia takuti…
“Maaf, Cu-wi enghiong dari Kerajaan Sung tentu mengalami banyak kaget karena gara-gara pengkhianat dua orang pelayan ini.
Empek Gan tertawa bergelak. “Salahkah kalau aku bilang kalian goblok? Begitu gobloknya sehingga tai busuk dimakannya!
Para tamu geger, dengan kemunculan dua kakek telanjang yang hamburkan semua makanan di meja, yang ternyata mengandung racun
Lenyapnya mayat mereka menjadi bukti bahwa pembunuhnya tentulah orang Beng-kauw sendiri yang tidak mau melihat anak buah mereka menggeletak
Su Ban Ki membasahi bibir dengan lidah, mencoba menelan ludah yang kering. “Ini.... ini.... peti mati.... istana.... entah apa artinya....”
Watak Beng-kauwcu amat keras dan percaya akan kekuatan sendiri, tidak suka bersekutu dengan kerajaan manapun.
“Tuan Puteri.... ini berbahaya....!” Pak-sin-tung hendak mencegah akan tetapi Lin Lin sudah mencabut Pedang Besi Kuning dan mengacungkannya
Akhirnya baik Sian Eng dan juga Suam Boan tahu siapa kini Suling Emas yang ternyata orang yang selama ini dicari-cari
Kau bilang dia pasti berada di sini. Ketika tadi aku melihatmu, aku menjadi bingung dan ingin sekali aku menemuimu untuk menanyakan hal ini.
Lin Lin segera menodongkan pedangnya ke depan dada Suma Boan. “Hayo lekas mengaku di mana adanya Kakak Bu Song, kalau kau mau hidup!”
“Suma-kongcu, aku.... Lin Lin, aku datang membawa pesan enciku Sian Eng!” Dari encinya. Gadis ini cerdik, jual nama kakanya
Sebagai seorang putera pangeran, apalagi seorang putera pangeran Kerajaan Sung, pemuda ini mendapatkan tempat terhormat dan sebuah pondok
“Dia kausebut Cici.... kalau begitu.... dia itu....” Ia tidak melanjutkan kata-katanya, akan tetapi pandang matanya bicara banyak"
Bu Sin diam-diam bergidik. Bau harum ini mengingatkan ia akan Siang-mou Sin-ni, serupa benar. Dan suara itu!
Wajah gadis itu berseri-seri. “Ah, begitukah? Kukira kau bersandiwara, karena sikapmu itu tepat sekali.
Bu Sin lupa akan permainan sandiwaranya, dengan hati penuh kegelisahan ia meloncat ke dekat Liu Hwee, menjatuhkan diri berlutut dan memeluk
Sandiwara nekat yang dilakukan Liu Hwe dan Bu Sin cukup jitu, penjaga kecele dan mengira Bu Sin main gila dengan gadis itu
Liu Hwe kini bikin siasat agar bisa keluar dari tahanan, namun Bu Sin malah kebingungan, bagaimana caranya