BệBASbaru.com, INTERNASIONAL-MYANMAR - Guru itu baru saja bangun dari tempat tidur ketika empat tentara angkatan darat Myanmar menggedor pintunya. Tagihan listriknya telat, kata mereka, dan memerintahkan guru perempuan itu segera membayar di kantor PLN.
Baca Juga: Rumah Bupati PPU Abdul Gafur di PPU dan Balikpapan di Geledah KPK
Guru itu, Daw Thida Pyone, bertanya apa yang akan terjadi jika dia menolak.
"Seorang tentara menodongkan senjata kepada saya dan mengatakan, 'Kalau kamu lebih memilih uangmu daripada nyawamu, jangan bayar tagihannya," kenangnya, dikutip dari The New York Times, Senin (17/1).
Dia ketakutan dan bergidik ngeri. Dia langsung mengambil uangnya dan langsung ke kantor PLN, bahkan tanpa sempat mengganti baju tidurnya.
Setelah militer Myanmar mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 1 Februari 2021, jutaan orang meninggalkan pekerjaan mereka sebagai bentuk protes. Jutaan orang mulai menolak membayar listrik, sebuah tindakan pembangkangan sipil yang bertujuan untuk menghilangkan sumber pendapatan junta.
Baca Juga: Bertemu Band Nidji Tanpa Giring, Anies Baswedan Puji Band Ini, Satire Nyindir Ketum PSI?
Para ahli meragukan upaya-upaya seperti ini saja bisa meruntuhkan rezim junta militer. Tapi 11 bulan setelah kudeta, militer tampaknya mulai kesulitan anggaran sehingga memerintahkan para tentara sebagai penagih hutang atau debt collector.
Selama berminggu-minggu, kata para penduduk, para tentara menggedor pintu demi pintu bersama pegawai PLN untuk menagih pembayaran listrik di berbagai kota besar, termasuk Yangon dan Mandalay.
Artikel Terkait
Perang Terbuka Militer Vs Rakyat Bag 3: Ribuan Tentara dan Polisi Berbalik Desersi
Perang Terbuka Militer Vs Rakyat Bag 4: ASEAN Masih Boikot Karena Junta Terus Bantai Rakyatnya!
Kenapa Kerajaan Arab Saudi ‘Tega’ Penjarakan Anggota Keluarga Kerajaan Sendiri?
Langgar Pantangan Paling Sensitif, Aparat Iran Tangkap Keponakan Ayatollah Ali Khamenei