Mengerikan sepak terjang Hek-giam-lo, si manusia iblis itu, yang mentaati perintah rajanya. Ia menggali tiga buah lubang-lubang yang sempit
Hampir Sian Eng roboh pingsan ketika mendapat kenyataan bahwa pakaiannya telah terbang ke kanan kiri disambar sinar itu
Raja itu memandang dengan sinar mata kurang ajar, kemudian tertawa bergelak dan berkata kepadanya dalam bahasa Han yang cukup lancar.
Hek-giam-lo bersikap amat menghormat kepadanya, menyebutnya tuan puteri, akan tetapi di samping sikap menghormat ini terbayang sifat memaksa
Berkecamuk di dalam rongga dada Bok Liong. Suasana romantis ini mendorong-dorong hasratnya, menekan-nekan hatinya dan membakar darahnya.
Suma Boan tidak mengejar. Pemuda bangsawan ini cukup cerdik dan hati-hati. Dua orang itu lihai, dan belum ia kenal siapa mereka.
Bok Liong maklum akan lihainya lawan, maka cepat ia memasang kuda-kuda dan menangkis. Dua lengan yang sama kuatnya bertemu.
Lin Lin memberi isyarat kepada Bok Liong untuk mendengarkan percakapan mereka di bawah, lalu mendekatkan mulut pada telinga Bok
Malam hari itu, Bok Liong dan Lin Lin membayangi tiga orang pengemis yang memasuki sebuah rumah gedung kecil di sebelah timur kota Pao-teng.
Kelahapan Bok Liong dan perutnya yang sudah amat lapar itu membuat Lin Lin dapat makan dengan enak juga, malah tidak kalah enaknya...!
Bok Liong kagum bukan main. Kagum akan kehebatan Kim-lun Seng-jin, juga kagum akan manisnya mulut yang bergerak-gerak bicara itu.
Benar-benar seorang dara lincah jenaka yang seperti seekor burung baru belajar terbang, tidak tahu tingginya gunung lebarnya lautan!
Mukanya berubah dan ia memandang kepada Lin Lin dengan bengong. Lin Lin juga meloncat dan membanting kakinya.
Lin Lin tertawa geli dan mengira pemuda itu membadut. Akan tetapi karena ia masih mendongkol, ia menjawab ketus
Merah muka Bok Liong mendengar celaan ini, dan diam-diam ia harus akui bahwa ucapan gadis ini, biarpun terdengar mencari menang sendiri
Bok Liong makin terpesona dengan Lin Lin si gadis liar, dia tak sadar sudah kepincut habis dengan Lin Lin yang lincah ini
Mau tak mau Bok Liong tersenyum, setelah gadis ini bersikap jenaka seperti ini, ia merasa betapa sinar matahari menjadi lebih cerah
Lin Lin merasa diayun-ayun di atas awan saking bangga dan girangnya mendengar kata-kata pujian yang keluar sejujurnya dari mulut pemuda
Pedangnya menyambar dan dua orang pendeta itu menjerit, roboh terguling. Dua orang hwesio muda itu terluka pahanya
Mereka khawatir kalau-kalau pemuda ini akan mengadu, dan memang akhir-akhir ini banyak sekali anak buah para hwesio yang tersesat.