• Selasa, 21 Maret 2023

Mahakarya: Kho Ping Hoo Cinta Bernoda Darah (episode 120), Sian Eng Dikira Putri Ratu Khitan

- Minggu, 29 Januari 2023 | 22:45 WIB
Cinta Bernoda Darah (dok, ilustrasi bebasbaru)
Cinta Bernoda Darah (dok, ilustrasi bebasbaru)

Biografi Kho Ping Hoo:
Asmaraman Sukowati atau Kho Ping Hoo adalah penulis cersil yang sangat populer di Indonesia. Kho Ping Hoo dikenal luas karena kontribusinya bagi literatur fiksi silat Indonesia, khususnya yang bertemakan Tionghoa Indonesia yang tidak dapat diabaikan. Selama 30 tahun ia telah menulis sedikitnya 120 judul cerita. Lahir: 17 Agustus 1926, Kabupaten Sragen. Dalam sejarah cerita silat, barangkali tidak ada karya yang bertahan puluhan tahun seperti Ping Hoo. Namanya lebih terkenal ketimbang para sastrawan. Cerita-cerita Kho Ping Hoo banyak dihiasi kata mutiara maupun hikmah positif yang bisa dipetik pembaca tanpa harus menganalisisnya secara rumit. Ia memiliki prinsip yang banyak dianut oleh orang dari berbagai latar belakang, termasuk pengusaha dan politikus, “Seorang musuh terlalu banyak buat saya, tetapi sejuta sahabat masih kurang.” Meski sudah dipanggil Sang Pencipta pada hari Jumat, 22 Juli 1994, Kho Ping Hoo masih dikenang oleh jutaan penggemarnya dari semua generasi hingga saat ini.

Sinopsis:
"Inilah lanjutan dari serial komik legendaris Bu Kek Siansu dan Suling Emas, yang nantinya bakal berkembang menjadi, Mutiara Hitam, Pendekar Super Sakti dll...silahkan terus dibaca mulai Edisi ini dan seterusnya...”

Empu Cersil Indonesia, Kho Ping Hoo
Empu Cersil Indonesia, Kho Ping Hoo (Dok, tangkapan layar/Istimewa)

BEBASBARU.COM, MAHAKARYA-Cerbung - Bersama Kim-lun Seng-jin, disembah-sembah ribuan orang! Apalagi kalau ia yang menjadi ratu dari bangsa Khitan, ia akan.... akan apakah dia?

Inilah yang baru ia pikir-pikir dan rencanakan dalam alam lamunannya ke­tika tiba-tiba Bok Liong menempiling kepala sendiri dan mengagetkannya serta menariknya turun daripada angkasa ke alam sadar.

“Sayang tidak ada kuda. Kalau kudaku masih ada, kau dapat naik kuda, Lin-moi, dan tidak terlalu lelah.”

Baca Juga: Mahakarya: Kho Ping Hoo Cinta Bernoda Darah (episode 119), Bok Liong Jungkir Balik Karena Cinta Ke Lin Lin

Baca Juga: Mahakarya: Kho Ping Hoo Cinta Bernoda Darah (episode 118), Lin Lin dan Bok Liong Kabur dari Pangeran Suma

“Kenapa kau jual kudamu kalau begitu?” Bok Liong menghela napas. “Perlu dijual.... perlu sekali.... saku sudah kosong, apa daya?” Lin Lin menggerakkan tangan, se­jenak menyentuh lengan pemuda itu.

“Aku tahu. Kau terpaksa menjualnya untuk membelikan sarung pedangku ini dan untuk makan dan sewa kamar, untuk biaya-biaya perjalanan, bukan?

Liong-ko, kau orang baik.” Hati Bok Liong berdenyut-denyut gi­rang, akan tetapi ia pura-pura mendengus. “Ah, yang begitu saja, mana patut diomongkan?

Pula, dua orang melakukan perjalanan hanya dengan seekor kuda, canggung sekali. Kita berdua sudah sejak kecil berlatih ilmu lari cepat, untuk apa?

Kalau kita mau, kita tidak akan kalah oleh larinya seekor kuda.” Mereka ter­tawa dan melanjutkan perjalanan sambil bercakap-cakap.

Kita tinggalkan dulu Lin Lin dan Lie Bok Liong yang melakukan perjalanan malam menuju ke kota raja karena Lin Lin sudah tidak sabar lagi menanti untuk segera dapat bertemu dengan orang yang dianggap musuh besarnya, yaitu Suling Emas.

Halaman:

Editor: H. Masruddin

Sumber: Bebasbaru.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X