BEBASBARU.COM, POLNAS – Sudah jamak terjadi, semenjak pemilu menggunakan sistem terbuka murni, yang mulai berlaku di Pemilu 2009 silam, money politic tak terelakan.
Akibatnya, bukan rahasia lagi, ada duit ada suara, tak ada duit, suaranya zero. Parahnya, sudah di kasih duit pun, banyak suara rakyat yang zero.
Penyebabnya adalah, ambil sana sini, sehingga saat dalam bilik bingung mau nyoblos yang mana, lalu nyoblosnya semua parpol, hingga suara hangus.
Kini pandangan di sampaikan Guser (guru besar) Universitas Indonesia, Prof Dr Valina Singka Subekti yang menilai pemilu sistem proporsional tertutup bisa mencegah politik transaksional.
"Perlu dipertimbangkan untuk merancang kembali desain sistem Pemilu yang mampu memperkuat Presidensialisme pada satu sisi dan kualitas demokrasi Indonesia pada sisi lainnya," kata Valina Singka Subekti.
Sejumlah alasan diutarakan Valina Singka. Pertama, sistem pemilu harus mampu meningkatkan derajat representasi dan akuntabilitas anggota DPR.
Kedua, sistem pemilu harus mampu menghasilkan sistem kepartaian dengan jumlah partai sederhana. Ketiga, sistem pemilu harus mudah diaplikasikan dan berbiaya rendah serta mampu memutus mata rantai praktek politik transaksional.
Baca Juga: Baru Awal Tahun, Twitter Kembali Pecat Karywan yang baru masuk, Ternyata Ini Alasannya!
"Sistem pemilu saat ini yang berpusat pada calon atau 'candidacy centered' perlu direkayasa kembali menjadi sistem pemilu yang berpusat pada partai atau 'party centered'.
Sistem pemilu proporsional tertutup dapat dipertimbangkan kembali sebagai salah satu alternatif untuk digunakan dalam pemilu serentak 2024," katanya lagi.
Gagasan awal Prof Valina Singka yaitu sistem pemilu proporsional tertutup dengan rancangan sebagai berikut:
(1) memperketat persyaratan partai politik peserta pemilu.
(2) memperkecil besaran daerah pemilihan dan alokasi kursi dari 3-12 menjadi 3-8.
(3) meningkatkan ambang batas parlemen 5%.
"Pengalaman negara-negara Amerika Latin seperti Mexico, Brazil dan Argentina yang juga adalah presidensialisme multipartai, pemilu serentak dengan sistem pemilu mengadopsi besaran dapil dan alokasi kursi yang lebih sedikit mampu mengurangi jumlah partai di parlemen”.
Artikel Terkait
Ganjar Pranowo Kaget Jadi Geger, Hapus Postingan Setelah Heboh Soal Bantu Kader PDIP Pakai Duit Baznas
Kasian! Sepertinya Dicueki Prabowo, PKB Nekat Sodorkan Muhaimin Iskandar Jadi Capres, Mulai Merapat ke Nasdem?
Bila Sistem Pemilu Coblos Partai, Non Kader Malas Jadi Caleg, Tapi yang Berdarah di Parpol Punya Kesempatan
Gawat..! Akankah 8 Parpol Non PDIP Boikot Pemilu, Kalau Sistemnya berubah Jadi Coblos Parpol?
Pro dan Kontra Sistem Pemilu 2024 Tertutup, Aneh Bin Ajaib Hanya Digugat 6 Orang, Bisa Bikin UU Berubah!
Dekan Ini Sebut Pemilu Terbuka Dianggap Demokrasi Liberal, Bertentangan dengan UU, Peserta Pemilu Harus Parpol